Minggu, 30 Juni 2013

Renungan di Milad ini.....





"Tidak ada yang lebih aku sesali daripada penyesalanku terhadap hari dimana ketika matahari tenggelam sementara umurku berkurang tapi amalku tidak bertambah" (Ibnu Mas'ud)

Hari ini,Berdasarkan kalender masehi 1 tahun berkurang jatah hidup dan 1 tahun bertambah hitungan mundur sisa hidup saya..Hitungan dunia keberadaan saya di dunia fana dan semu ini.
Digit angka yang melekat pada diri ini bertambah satu. Perubahan digit-digit angka itu merupakan keniscayaan.  Karena kita hanyalah makhluk yang masih terikat oleh dimensi ruang
dan waktu. Makhluk yang tumbuh berkembang seiring siang dan malam. Dan
waktu selalu memiliki awal dan akhir. Begitu pun kita, memulai hidup dari awal. Akan berhenti pada akhir. Sebelum berada pada keabadian, digit-digit angka tersebut selalu melekat pada diri ini. Keabadian pastilah keadaan tanpa waktu, tanpa digit-digit angka.
Di usia ini bukan waktu yang sebentar untuk berjalan di muka bumi. Bukan waktu yang sebentar untuk melihat keadaan sekitar dan meresapi “saya ada dimana dan sekarang mau kemana?”.
Allah Swt Berfirman:
“Dan bukankah Kami telah memanjangkan umurmu dalam masa yang panjang yang mana cukup untuk berfikir bagi orang-orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? Maka rasakanlah azab kami dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolong pun.” (QS Al-Fathir:37).
Ya ketika sudah tiba waktunya nanti, kita tidak bisa membantah. Kita tidak bisa mengelak. Bahwa waktu kita di dunia tidak cukup untuk meresapi ayat-ayat-Nya. Kita tidak bisa protes begini, “Ya Allah, engkau kurang memberikan waktu kami di dunia.. Sehingga kami kekurangan waktu untuk lebih mengenalMu, untuk memahami tujuan kami di dunia dahulu..” Tidak bisa kawan, kita tidak bisa protes. Karena Allah SWT telah memberi waktu yang cukup panjang untuk kita berfikir.
Menelusuri kembali  membuat saya berfikir akan bentuk perubahan yang saya capai selama setahun ini.  Terngiang jelas wejangan Imam Al Ghazali tentang makna waktu bahwa “Yang terjauh dari diri seorang manusia adalah MASA LALUnya”.
Teringat  lagu Opick berjudul “Bila waktu telah berakhir” kira-kira syairnya spt ini;
Bila waktu telah berakhir, teman sejati tinggallah amal. Bila waktu telah terhenti teman sejati tinggallah sepi.
Kemudian terngiang di fikiran saya akan nasihat Iman Al Ghazali yang lain bahwa “Yang terdekat dari seorang manusia adalah KEMATIANnya sendiri”. Betapa sebuah nasihat yang luar biasa bermakna, sangat menyentuh dan tentunya sarat dengan ilmu illahi yang sangat dalam untuk digali lebih lanjut. Sebuah perjalanan panjang yang akan saya hadapi nanti. Pertanyaannya, Are you ready? Ready gak ready yaah musti ready-laah… ;)
Maha suci Allah yang selalu memberikan nikmat iman, islam dan ihsan kepada hamba nya. Allah yang menjaga hamba sampai detik ini, Allah juga yang menakdirkan hamba lahir ke dunia ini. Allah lah yang menakdirkan hamba lahir dari rahim seorang ibu yang memiliki segudang cinta dan kasih sayang. Ya Rabb puji syukur atas segala karunia dan kenikmatan yang engkau berikan kepada hamba, orang tua hamba, saudara hamba, dan orang orang yang hamba sayangi karena-Mu. Hingga detik ini desah nafas ini masih terus terasa, hingga detik ini denyut jantung pun masih berdetak, dan hingga detik ini hamba ingin selalu diri ini terpaut dalam naungan cinta dan kasih sayang-Mu.

Tentu banyak sekali episode kehidupan yang telah saya lalui. Banyak momentum indah yang membuat hamba bisa duduk dan berdiri disini hingga saat ini. Tentu semuanya tak pernah terlepas dari campur tangan Allah yang selalu setia menjaga diri ini. Terima kasih kepada kedua orang tua ku yang selalu menjaga dan merawatku hingga aku dewasa yaitu ibu dan ayah tercinta. Ditakdirkan sebagai anak yang lahir di pelosok kampung yang nan jauh disana, Bagi saya hal yang terpenting sampai saat ini adalah bagaimana bisa memberikan banyak manfaat untuk orang disekitar.Karena sungguh setiap detik yang saya lalui dengan serangkaian peristiwa yang saya alami semuanya pasti akan di mintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah kelak. Di usia ini masih banyak kekurangan yang harus di perbaiki, masih banyak hal yang perlu di koreksi dan di bimbing.  

Ya Rabb, Bimbinglah diri ini agar selalu dekat denganMu, Jagalah diri ini dari sesuatu yang tidak engkau Ridhoi, Dekatkanlah diri ini dengan sesuatu yang engkau cintai. Ya Rabb di sisa sisa usia hamba, hamba ingin senantiasa setia mengabdikan diri hamba hanya untuk-Mu, Ya Rabb jika sudah tiba masanya hamba harus kembali pada-Mu, izinkanlah hamba kembali dalam keadaan sujud dan menyebut nama-Mu.

Aamiin Ya Rabb


Minggu, 23 Juni 2013

Bersabar hingga pantas...

Selama ini, betapa kita tak kunjung berhenti merapal doa pada-Nya agar disegerakan apa yang menjadi mimpi kita. Berbagai harapan seperti dilapangkan rezekinya –dijadikan-Nya kaya-, dimudahkan urusan dalam pekerjaan –disegerakan mendapat promosi dalam pekerjaan,  disegerakan dalam pertemuan dengan jodoh serta harapan-harapan lain yang selalu kita rengekkan pada-Nya. Benar adanya jika kita seharusnya meminta hanya pada-Nya. Namun terkadang, ketika merasa doa kita tak kunjung terkabul, kita khilaf dan merengek serta mengeluh kepada manusia, atau bahkan kepada benda mati seperti media sosial. Kegalauan akibat penantian atas datangnya harapan-harapan ini lah penyebabnya. Terkadang kita dilalaikan oleh keinginan untuk segera mendapatkan apa yang kita inginkan.
Mengamati hal ini, lantas saya berpikir dan mengaca pada diri saya sendiri. Selama ini, bukankah kita terlalu disibukkan oleh penyegeraan mendapatkan harapan serta mimpi-mimpi kita tanpa memikirkan apakah kita benar-benar pantas dan siap menerimanya? Yang kita pikirkan adalah bagaimana caranya agar semua hal yang kita inginkan segera menjadi kenyataan. Akan tetapi kita lupa untuk menyiapkan diri karena terfokus pada terkabulnya keinginan kita. Dan terkadang, jika usaha kita tak segera menemui hasil, rasa putus asa dan galau menyelinap dalam hati kecil. Dalam renungan, lantas saya bertanya lagi, “Apakah kita benar-benar siap menerima semua mimpi-mimpi kita jika semuanya datang saat ini juga?”. Saya ulangi lagi, saat ini juga, detik ini juga.
Ketika kita disibukkan oleh pertanyaan, kapan kita menjadi kaya, apakah kita benar-benar telah menyiapkan diri untuk menemui kekayaan? Apakah kita tidak jet-lag dan tidak menjadi tinggi hati ketika saat ini juga kita tiba-tiba menjadi orang kaya baru?  Sama halnya ketika kegalauan menghampiri ketika kita tak kunjung dipertemukan dengan belahan hati. Ketika saat ini juga tiba-tiba seseorang datang dan hendak menikahi kita sesegera mungkin, apakah kita siap dan pantas? Apakah kita sudah memantaskan diri untuk menjemput jodoh ketika kita disibukkan oleh pertanyaan “Kapan saya bertemu dengan jodoh saya”?
Betapa kita sering lupa menyiapkan hati dan memantaskan diri karena terlena dengan angan-angan dan mimpi-mimpi kita, kawan. Betapa kita kurang bersabar menanti apa yang disebut “semuanya akan indah pada waktunya”. Kita yang masih muda ini memang terkadang senang dengan ketergesa-gesa an. Kita menginginkan semuanya serba instan tanpa memikirkan dampak atas ketidaksiapan kita apabila tiba-tiba semua harapan datang bersamaan pada saat ini juga. Semuanya akan indah pada waktunya, kawan.
Kekayaan akan terasa sangat indah ketika hati kita sudah kaya dan siap mengayakan orang lain. Pertemuan dengan belahan hati kita akan terasa begitu nikmat ketika kita telah siap berkomitmen dan siap membentuk keluarga berdasarkan syariah-Nya. Jangan tergesa-gesa kawan. Sesuatu yang terburu-buru tanpa pemikiran yang matang bisa jadi akan menjerumuskan kita dalam ketidaksiapan. Bersabarlah menanti harapan kita dengan menyiapkan hati serta memantaskan diri sehingga ketika mereka semua datang, kita dapat menyesuaikan diri dengannya. Percayalah, ketika diri kita sudah pantas dan siap, Dia akan memberikan apa yang kita idam-idamkan. Bersabarlah.. Karena Allah bersama orang-orang yang sabar..

Rabu, 19 Juni 2013

The Power of Du'a



Seberat apapun beban hidup kita hari ini,
Sekuat apapun godaan yang harus kita lalui,
Sekokoh apapun cobaan yang harus kita jalani,
Sebesar apapun kegagalan yang kita hadapi,
Sejenuh apapun hari-hari yang kita lalui,
Janganlah berhenti berdoa dan berharap.
Karena do’a adalah pintu kebaikan.
Kebaikan membawa harapan.
Harapan adalah masa depan.
Karena harapan adalah sumber kekuatan

Dari Muadz ra dari Rasulullah SAW :


 Tidaklah bermanfaat kehati-hatian atas takdir, tetapi do’alah yang bermanfaat atas hal-hal yang sudah terjadi dan yang belum terjadi, maka hendaklah kamu berdo’a wahai hamba-hamba Allah.(HR. Ahmad dan Ath-Thabrani)”

Senin, 17 Juni 2013

"Yogya itu Ngangenin"

Sebulan yang lalu berpetualang ke Yogya bersama sepupu..tapi masih selalu saja teringat dengan kenangan di kota Yogya...teringat dengan salah satu lagu era 90-an yang dibawakan Kla Project


Pulang ke kotamu, ada setangkup haru dalam rindu
Masih seperti dulu

Tiap sudut menyapaku bersahabat penuh selaksa makna
Terhanyut aku akan nostalgia saat kita sering luangkan waktu
Nikmati bersama suasana Jogja

Di persimpangan, langkahku terhenti

Ramai kaki lima menjajakan sajian khas berselera
Orang duduk bersila
Musisi jalanan mulai beraksi seiring laraku kehilanganmu

Merintih sendiri, di tengah deru kotamu

Ingin kembali ke kota itu..benar kata seorang teman "Yogya itu ngangenin"...rasanya kurang puas kalau cuma beberapa hari disana...waktu itu cuma 3 hari berada disana....waktu yang sedikit memang..karena dari kantor cuma diizinin cuti 2 hari...1 hari bolos kerja...he..he...
Tapi tidak menghentikan langkah untuk menjelajahi kota Yogya...Alhamdulillah bisa menelusuri 4 pantai...tapi ternyata setelah search di mbah "google" ternyata Yogya itu memiliki puluhan pantai yang keren2 . Pada malam hari jalan ke bukit bintang ,menikmati kota Yogya dari bukit..hari terakhir walaupun sudah mepet waktunya masih bisa jalan ke candi prambanan, rumah pohon dan UGM
Mudah2an di lain waktu bisa menelusuri semuanya ...Suatu saat bisa kembali ke kota Yogya
ini hasil jeprat jepret di kota Yogya