Senin, 28 Oktober 2013

Aku Heran...



Aku heran melihat orang berbangga dengan baju mewahnya, bukankah itu menunjukkan kekurangannya bahwa ternyata ia mempunyai tubuh yang tidak sempurna….dan aku berpikir apakah ia kelak akan dapat berbangga dengan penampilannya itu di padang Masyhar.?
Aku pun heran melihat orang bangga dengan kata-kata kasarnya serta perkataan manisnya(sindiran kecil & janjinya) yang dapat membuat orang sakit hati, bukankah itu menunjukkan kekurangannya dalam ilmu Bahasa dan aku berpikir apakah ia kelak akan dapat berbangga dengan pertanyaan di Alam Kuburnya.?
Aku heran melihat orang bebangga dengan make-up dan aksesoris ditubuhnya, bukankah itu menunjukkan bahwa wajahnya tidak sebagus aslinya, dan aku berpikir apakah ia masih dapat berbangga kelak ketika berhadapan dengan Rabbinya.?
Aku heran melihat orang bangga dengan rumahnya yang megah,bukankah itu menunjukkan bahwa ia masih memerlukan tempat berteduh di bumi Allah yang sudah ditundukkan untuknya ini, dan aku berpikir apakah ia masih dapat berteduh kelak di Masyhar ketika jarak matahari hanya beberapa jengkal darinya.
Aku heran melihat orang bangga dengan kendaraannya, bukankah itu menunukkan kelemahannya bahwa ia masih memerlukan sarana untuk bergerak dibumi Allah yang kecil ini, dan aku berpikir apakah ia kelak masih dapat berbangga dengan kendaraannya ketika harus melewati titian shirot yang melintang di atas neraka.
Aku heran melihat orang bebangga dengan tanah luas dan kebun-kebun yang dimilikinya, bukankah itu menunjukkan bahwa ia masih memerlukan tempat pijakan di bumi Allah ini, dan aku berpikir apakah ia kelak akan mampu mendapatkan tanah di surga meskipun hanya beberapa sentimeter.
Aku heran melihat orang berlomba-lomba mencari makanan mewah hanya untuk mengisi perutnya, bukankah itu menunjukkan dia masih memerlukan benda lain untuk bertahan hidup, dan aku berpikir apa makanannya kelak di akhirat nanti...

Wallahu'alam...

Kamis, 24 Oktober 2013

Separuh Perjalanan...




Sekarang, dunia telah mengalami percepatan. Manusia telah disibukkan oleh urusan dunia yang membawanya pada percepatan. Ketika kita mencoba berhenti sejenak, taruh kata cuti, mudik pulang kampung ke Jawa misalnya, kita akan tercengang cengang dengan realita yang begitu cepat.” Oh….mbah itu sudah meninggal , oh……temanmu yang sering ke rumah sini juga sudah meninggal. Oh….si Anu sudah punya anak lagi. Oh…Si dia sudah menikah.. Si Itu sudah pensiun dari pabrik tebu,….. dan segudang kecengangan yang kita dengar dan kita temui.
Semestinya kita merenungi, ada apa di balik percepatan dunia ini..?
Penghantaran waktu yang mestinya harus dititi dengan untaian perjalanan yang bermakna, karena detik per detik menjanjikan keuntungan bila kita kelola dengan baik, sepertinya hanyut dalam nuansa perlombaan, “…
Tanpa disadari bahwa detik perdetik yang kita kumpulkan bila kita sebandingkan dengan rentetan angka di ATM, tak sebanding dengan harga waktu saat kita uangkan di akhirat.
Mari kita berandai andai untuk melancong ke akhirat. Tempat pelancongan yang sudah mulai di tempuh oleh mbah mbah saya.
Taruhlah di tempat pelancongan itu kita berpesiar 1 juta tahun, kita disuruh cari bekal di dunia 60 tahun, kalau satu hari di pelancongan kita pakai bekal satu hari di dunia, setelah 60 tahun habis bekal.
Bila dipaksa 60 tahun dunia ini untuk keperluan 1 juta tahun dalam pelancongan, maka betapa mahalnya waktu dunia ini.
Bila ternyata di pelancongan tidak hanya 1 juta tahun tapi “abadi” atau selamanya, apa yang bisa dikatakan untuk mengganti kata mahal di dunia ini. Mungkin saking mahalnya, maka waktu di dunia ini tidak bisa di beli. begitu kira kira.
Jadi karena tak bisa dibeli, akan kah kita telantarkan tanpa makna.
Satu detik di dunia akan kita rasakan mahalnya ketika kita berada di pelancongan akhirat.
Pergulatan waktu, pergulatan emosi, pergulatan kepentingan, pergulatan tangis dan tawa setiap saat berkecamuk di kehidupan kita, tetapi kita akan terkagum kagum pada Sang Pencipta ketika kita bisa memandang Hikmah yang Dia selipkan di sebaliknya

Kamis, 03 Oktober 2013

...ADA YANG SALAH...







Dulu... orangtua kita berangkat bekerja setelah matahari terbit dan sudah kembali ke rumah sebelum matahari terbenam.
Walaupun memiliki anak yg banyak, rumah dan halaman pun tetap luas, bahkan tidak sedikit ada yg memiliki kebun, dan semua anak2nya bersekolah.

Sekarang.. banyak yg berangkat kerja subuh dan sampai rumah setelah isya, tapi kerja keras yg dijalaninya dan melebihi jam kerja orang tua kita.....rumah dan tanah yg dimiliki tidak seluas rumah orang tua kita.

"Dan sungguh akan ALLAH berikan cobaan kpd manusia dg sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta...." (QS. Al-Baqarah, 2:155)

Ada yg salah dg cara hidup orang modern....

- berangkat kerja, TERBURU-BURU..
- pulang kerja, TERBURU-BURU..
- makan siang, TERBURU-BURU..
- di lampu merah, TERBURU-BURU..
- berdo'a pun, TERBURU-BURU..
- bahkan sholatpun, TERBURU-BURU..

Sifat diatas bukti dari Qur'an surat Al Isra',17:11. "Dan adalah manusia bersifat terburu-buru..."

Hanya pensiun dan mati...yg tidak seorangpun mau TERBURU-BURU....blm cukup persiapan katanya, tidak punya jaminan kesehatan pasca pensiun (padahal bisa diskusikan secara gratis dg AA Hakim kebutuhan dana tsb).

Saking takutnya akan kurangnya harta untuk keluarga,  sampai2 kita sangat HITUNGAN dlm BERSEDEKAH, sementara ALLAH tidak pernah hitungan dlm memberi rizki kepada kita.

"Setan menakut2i kamu dengan kemiskinan dan menyuruh berbuat kikir...." (QS. Al-Baqarah, 2:268)

Bahkan saking lebih takutnya kita kehilangan pekerjaan hingga berani melewatkan sholat subuh atau 'ashar..
Sampai dimanakah hidup kita pada hari ini..???

Semoga Allah swt memberi kesempatan kita semua utk bisa menikmati anugerah hidup ini sembari banyak beramal shalih...

Wallahua'lam bisshawab...

***

Nasihat dari Ustadz Dayat

Minggu, 29 September 2013

Investasi Waktu



Bayangkan bila ada sebuah bank yang memberi pinjaman uang kepada kita sejumlah Rp. 86.400,- setiap paginya. Semua uang itu harus kita gunakan. Dan pada malam hari, bank akan menghapus sisa uang yang tidak kita gunakan selama sehari.
Coba tebak!!, apa yang akan kita lakukan?
Tentu saja, menghabiskan semua uang pinjaman itu. Betul nggak ? (dalam hati kecil kita tentu akan mengatakan iya yaa! )
Setiap makhluk yang ada di alam inipun telah dianugerahi oleh NYA bank semacam itu; yang diantara kita kenal dengan nama WAKTU.
Setiap pagi, ia akan memberi kita 86.400 detik. Pada malam harinya ia akan menghapus sisa waktu yang tidak kita gunakan untuk tujuan baik. Dan dia tidak akan memberikan sisa waktunya pada kita. Juga dia tidak memberikan waktu tambahan. Setiap hari ia akan membuka satu rekening baru untuk kita. Setiap malam ia akan menghanguskan yang tersisa.
Jika kita tidak menggunakannya maka kerugian akan menimpa kita. Kita tidak bisa menariknya kembali. Juga, kita tidak bisa meminta “uang muka” untuk keesokan hari.Kita harus hidup di dalam simpanan hari ini.
Maka dari itu, investasikanlah untuk kesehatan, kebahagiaan dan kesuksesan kita
Jarum jam terus berdetak, waktu terus berjalan tanpa henti-hentinya. Gunakan waktu kita sebaik-baiknya.
Untuk lebih mengetahui pentingnya waktu SETAHUN, tanyakan pada murid yang gagal kelas.
Untuk lebih mengetahui pentingnya waktu SEBULAN, tanyakan pada ibu yang melahirkan bayinya prematur.
Untuk lebih mengetahui pentingnya waktu SEMINGGU, tanyakan pada editor majalah mingguan.
Untuk Lebih mengetahui pentingnya waktu SEJAM, tanyakan pada kekasih, istri atau anak anda yang sedang menunggu untuk bertemu.
Untuk lebih mengetahui pentingnya waktu SEMENIT, tanyakan pada orang yang ketinggalan pesawat terbang. Untuk lebih mmengetahui pentingnya waktu SEDETIK, tanyakan pada orang yang baru saja terhindar dari kecelakaan.
Untul lebih mengetahui pentingnya waktu SEMILIDETIK, tanyakan pada ruh di yaumil akhir nanti yang menyesal dan berharap kembali ke dunia barang semili detik untuk bertobat padaNYA.
 Hargailah setiap waktu yang kita miliki. Dan ingatlah waktu tidak akan mau menunggu siapa-siapa.
Sahabat paling baik dari kebenaran adalah waktu, musuhnya yang paling besar adalah nafsu & prasangka, dan pengawalnya yang paling setia adalah kerendahan hati.

Senin, 02 September 2013

Permata dalam Hati Kita

Setiap musibah ternyata selalu memberikan hikmah tersendiri. Ledakan bom di hotel JW Marriot adalah salah satu contohnya. Banyak eksekutif yang merasa was-was untuk pergi makan siang, apalagi berperilaku ”macam-macam” pada jam makan siang. Tidak sedikit pula yang kembali menekuni agama.
Seorang eksekutif mengirimkan e-mail berjudul ”Betapa Dekatnya Kita dengan Maut.” Ia bercerita mengenai suaminya yang luput dari tragedi itu. Ia pun berpesan kepada teman-temannya untuk benar-benar menghargai waktu yang ada dan hidup rukun dengan orang-orang yang kita sayangi. ”Kita tidak pernah tahu bagaimana akhir perjalanan hidup kita,” ujarnya.
Seorang sekretaris yang luput dari kejadian itu juga mengirimkan e-mail bernada serupa. Siang itu ia bersama 29 sekretaris dari berbagai perusahaan memenuhi undangan pihak hotel untuk makan siang di Kafe Syailendra. Namun, makan siang tersebut tertunda karena anggota rombongan masih ingin melihat beberapa area hotel. Di saat itulah bom meledak. Kafe Syailendra hancur. Pada saat-saat kritis itulah di tengah reruntuhan kaca, bau mesiu, lumuran darah, suara sirene dan histeris dari semua orang ia benar-benar merasakan kehadiran Tuhan.
Mengingat kematian memang merupakan cara paling efektif untuk menjadi sadar dan terbangun. Inilah satu-satunya hal yang paling pasti di dunia ini. Kematian juga tidak ada kaitannya dengan usia, kesehatan, dan jenis pekerjaan. Karena itu, siapapun kita, kita begitu dekat dengan kematian!
Sayang, kesadaran seperti ini seringkali hilang seiring dengan berjalannya waktu. Kita mulai melupakannya, tenggelam dalam rutinitas, dan kembali ”tertidur” sampai sebuah musibah lain datang kembali ”membangunkan” kita.
Persoalannya, kenapa kita sering berada dalam keadaan ”tertidur?” Kita sering tertidur karena kita tidak berusaha menyelami diri kita sendiri. Kita tidak terbiasa berkaca, melihat ke dalam diri, dan melakukan refleksi. Kita ”bangun” hanya karena terkejut, kemudian kita pun ”tertidur” kembali. Memang, selama kita  tidak dapat menyelami diri sendiri, rutinitas dan keseharian kita akan segera menutup celah untuk meniti ke dalam diri. Dan, peristiwa-peristiwa yang mengagetkan tadi akan segera terlupakan.
Untuk melakukan perjalanan ke dalam, kita memang harus meluangkan waktu untuk merenung dan mengambil jarak dari kesibukan kita. Lihatlah diri Anda sendiri, dan tanyakan tiga pertanyaan penting: ”Siapakah aku?,” ”Mengapa aku ada di sini?,” dan ”Kemana aku akan pergi?” Dengan menjawabnya kita akan menemukan makna hidup ini. Dan, begitu menemukannya, kita akan merasa tenang dan lapang. Kita dapat melihat dunia dengan kacamata yang berbeda. Dan yang pasti, kita kini sudah benar-benar hidup!
Manusia memang telah diciptakan dengan sempurna. Buktinya, semua perlengkapan yang kita perlukan untuk hidup bahagia sudah ada dalam diri kita sendiri. Bahkan, semua jawaban terhadap persoalan apapun sudah tersedia di sana.
Kekayaan batin yang kita miliki luar biasa banyaknya. Sayang, banyak orang yang tidak menyadari hal ini. Mereka sibuk mengumpulkan benda, uang, jabatan. Mereka menyangka akan lebih bahagia bila memiliki lebih banyak harta. Namun, kenyataannya tidaklah demikian. Mereka selalu merasa kurang.
Bahkan, semakin menumpuk kekayaan, semakin mereka ingin lebih dan lebih lagi. Orang seperti ini sesungguhnya adalah orang yang miskin. Orang ”kaya” yang sebenarnya adalah mereka yang membutuhkan paling sedikit. Mereka sudah cukup puas karena telah menemukan kekayaan berlimpah di dalam diri mereka sendiri. Mereka benar-benar sadar bahwa permata yang asli terdapat di dalam jiwa kita sendiri.
Semua kekayaan yang kita butuhkan untuk hidup bahagia sudah tersedia di dalam diri kita. Kalaupun kita masih membutuhkan hal-hal di luar itu, jumlahnya tidak banyak. Kalau kita memiliki sandang, pangan, dan papan saja, itu sudah cukup! Bukannya saya hendak menghibur , apalagi diri saya sendiri. Saya hanya mengatakan yang sebenarnya. Apa yang kita miliki itu sudah cukup. Sangat cukup untuk hidup bahagia.
Ini bukan berarti kita tidak boleh mengumpulkan harta. Silakan teruskan usaha dan bisnis kita. Mengumpulkan harta untuk dapat berbagi dengan orang lain adalah tindakan mulia. Tapi, jangan pernah lupa akan kekayaan yang tidak ternilai dalam jiwa kita sendiri. Jarang ada orang yang kaya secara fisik dan masih memelihara ketentraman batin.
Biasanya kesibukan dengan dunia luar membuat kita lupa pada dunia dalam. Banyak orang kaya yang sebenarnya sangat menderita. Orang-orang ini sering berpura-pura bahagia di depan kamera televisi. Padahal, mereka selalu resah dan dibayangi ketakutan sepanjang hidupnya.
Kekayaan fisik sering membuat kita terputus dari sumber kebahagiaan yang sejati. Kita kehilangan akses dengan jiwa kita beserta kekayaan yang terpendam di dalamnya. Padahal, kekayaan ini tidak terbatas dan dapat kita akses kapanpun kita mau. Di dalam jiwa inilah bersemayam sumber segala kebahagiaan. Dialah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
***


Kamis, 01 Agustus 2013

Sebaik-baik bekal mudik




Persiapan mudik ke akhirat seyogyanya melebihi keseriusan kita mempersiapkan bekal mudik ke kampung halaman di dunia

Pernahkah kita sedikit merenung dan mau mengambil iktibar dari setiap apa yang kita temui ketika berjumpa dengan Idul Fitri pada setiap tahunnya? Disamping kesemarakan Idul fitri dari mulai gema takbir, silaturrahim, maaf-memaafkan, aneka ragam kue lebaran dan semarak pakaian baru. Adanya tradisi yang muncul dari kreatifitas kaum Muslimin yang sudah berlangsung sejak lama, seperti halnya tradisi mudik (pulang ke kampung halaman) yang selalu dikaitkan dengan Idul Fitri. Kita tahu bahwa ”gairah mudik” ini yang sekaligus melengkapi kesempurnaan Idul Fitri ini tidak memiliki dalil yang kuat dalam ajaran Islam. Hanya gema takbir lah yang menjadi tradisi asli warisan yang dilakukan sejak zaman Rasulullah saw.    

Tapi meskipun sebuah pengayaan tradisi, tradisi mudik menjelang hari raya Idul Fitri tampaknya memiliki kesan dan pesan tersendiri bagi kehidupan kita. Kerinduan ingin menjalin silaturrahim dengan sanak keluarga, famili, handai taulan dan kerabat yang ada di kampung halaman, menjadikan tradisi mudik ini semakin mengesankan. Padahal dalam Islam, silaturrahim tidak secara spesifik dianjurkan dalam konteks Idul Fitri. Silaturrahim dianjurkan setiap saat. Karena silaturrahim dapat menutupi retak-retak kehidupan sosial yang terjadi akibat gesekan-gesekan yang terjadi antara kita. Gesekan-gesekan itulah yang harus diperbaiki setiap saat sehingga tetap terjalin ukhuwah islamiyah yang kokoh di kalangan kaum Muslimin. 

Dalam suasana mudik ke kampung halaman yang dilengkapi dengan perasaan suka cita yang membahana

Terlepas dari perspektif mana mudik itu ditinjau, yang jelas mudik merupakan kebiasaan yang sudah mengakar dalam kehidupan kita. Mudik menyimpan segudang ekspresi kebahagiaan yang dapat direfleksikan para pemudik. Bagi seorang suami, mudik merupakan kesempatan untuk melepas kerinduan kepada anak dan istri. Bagi seorang anak yang pergi merantau, mudik merupakan kesempatan untuk bertemu orang tua. Begitulah berartinya mudik itu, dan yang pasti siapa saja yang bisa mudik ke kempung halaman, apalagi membawa segudang keberhasilan dapat dipastikan akan bahagia. Konkritnya, tidak ada nuansa mudik yang tidak diekspresikan dengan suka cita, walaupun keberhasilan yang diperoleh di kampung orang lain hanya sedikit.

Tradisi mudik ini sesungguhnya memberikan iktibar kepada kita bahwa jika didunia ini saja kita telah melakukan perjalanan mudik sebagai ”simulasi” prosesi mudik yang sebenarnya nanti. Mudik didunia tentunya masih dibatasi dengan kondisi keuangan dan transportasi yang memungkinkan. Berapa banyak orang yang tidak jadi mudik dikarenakan faktor material, ketidak mampuan membeli tiket dan keterbatasan ketersediaan sarana transportasi. Berbeda halnya dengan mudik kekampung akhirat, yang pasti harus kita jalani meskipun bekal mudik kita tidak ada. 

Menguak Pesan Mudik Alquran

Pesan mudik alquran dapat diartikan sebagaimana disebut diatas merupakan ”hari dikembalikannya atau berpulangnya segala yang ada kepada Sang Pencipta”, yakni Allah swt.. Proses mudik itu terjadi dalam rangka mempertanggung jawabkan seluruh amal yang telah dilaksanakan selama di dunia. Kalau    pesan mudik Alquran ini dapat dipahami sebagi hari kembali kepada Allah, sesungguhnya banyak ayat-ayat Alquran yang menjelaskan hal tersebut. Antara lain adalah (QS. Al Waqiah: 49-50, Hud: 103, Al Baqarah: 148, Maryam: 95, al An’am: 38, al A’la; 17, ad Dhuha: 4 dan lain-lain). Substansi ayat-ayat tersebut mengingatkan mudik yang sesungguhnya ke negeri akhirat. 

Berdasarkan kandungan alquran di atas, yang menjelaskan tentang  kepastian kita kembali kehaderat Allah Swt dan sekaligus mempertanggung jawabkan segala perbuatan kita, adalah salah satu peringatan Alquran. Begitu tingginya penekanan alquran kepada umat manusia agar tidak melakukan investasi jangka panjangnya di akhirat dengan melakukan dosa dan maksiat. Indahnya alquran mengurai berbagai tamsilan tentang dunia dan segala bentuk permainan yang ada didalamnya. Bagaimana alquran kemudian memberikan isyarat tentang kebodohan orang – orang yang terperdaya dengan kejahatan dunia. Menjadikan dunia sebagai tujuan hidupnya, menjadikan dunia sebagai kehidupan yang kekal dan melupakan Tuhan dan akhiratnya dikarenakan kesibukan dunia adalah bukti kuat sIndirin alquran betapa manusia sering lupa akan ”mudik” panjangnya. Padahal, dunia ini diciptakan Allah Swt adalah sarana untuk mendapatkan modal dan bekal yang sebaik-baiknya untuk dapat menyelematkan kita menuju mudik kehaderat Ilahi robbi.  

Oleh karenanya, jika saja kita mampu menghayati dan mendalami kandungan ayat-ayat di atas, pastilah kita akan sibuk mempersiapkan diri untuk mengumpulkan bekal mudik ke akhirat. Tetapi karena kita kurang memperhatikan peringatan Allah, akhirnya kita kurang serius untuk mempersiapkan bekal mudik ke kampung akhirat. Persiapan mudik ke akhirat seyogyanya melebihi keseriusan kita mempersiapkan bekal mudik ke kampung halaman di dunia. Banyak di antara kita yang begitu gigih bekerja di rantau orang untuk mengumpulkan bekal mudik ke kampung halaman menjelang lebaran tiba. Tapi sangat sedikit di antara kita yang secara serius mempersiapkan bekal mudik besar ke kampung halaman yang lebih kekal dan abadi. Padahal, mudik ke kampung yang hakiki itulah yang lebih penting dipikirkan.

Alquran telah mengingatkan bahwa prestasi dan karya nyata di dunia, justru akan menjadi pijakan untuk ”mudik” ke negeri akhirat. Maka berbahagialah orang yang dapat mengukir perjalanan hidupnya dengan karya nyata yang dapat menambah investasi akhirat. Kebahagiaan mudik ke kampung halaman yang sesungguhnya, terutama jika membawa amal ibadah yang cukup, melebihi bahagia mudik ke kampung sementara di di dunia. Itulah yang harus dipikirkan kaum Muslimin agar perantauannya selama di dunia tidak sia-sia.

Kenikmatan tradisi mudik lebaran memberikan kesan yang cukup dalam bagi kita terlebih ketika kita dapat bertemu dengan orang-orang yang kita cintai, handai taulan dan sanak keluarga  sekaligus  memberi kabar tentang keberhasilan dan kesukseskan kita. Akan tetapi kenikmatan mudik ini masih menyisakan ”ruang” untuk kemudian kita sedikit merenung. Sudahkan kenikmatan dan keceriaan mudik ini paralel dengan kegembiraan kita nantinya jika sekiranya Malaikat Izrail (pencabut nyawa) membawa kita ”mudik” kehaderat Allah Swt., Inilah sesungguhnya iktibar penting dari pesan tradisi mudik lebaran kita, bahwa dibalik semua ini terdapat suatu ”mudik besar” yang akan kita alami lagi itulah pesan mudik alquran. Semoga!!!

Rabu, 31 Juli 2013

My Life Tree

Malam 20 Ramadhan…Cukup lama sekali rasanya tidak mengisi blog ini. Seandainya saja mau beralasan, sudah banyak alasan dalam lemari ku untuk diberikan, penuh sesak tak muat lagi…(hehe...:-) ). Ahh…tapi, itu tetaplah menjadi sebuah alasan. Menghidupkan semangat menulis terkadang tidak semudah yang dibayangkan. Saat ide muncul namun kondisi fisik tidak mendukung, menulis tidak akan menjadi optimal. Saat semangat menulis ada, namun ide tenggelam tetaplah tidak akan menghasilkan sebuah karya. Itulah yang terjadi belakangan ini, beberapa hari dan minggu lalu waktu banyak yang tersita karena satu dan lain hal. Tidak ingin dipikirkan sebenarnya, tapi ternyata sering sekali melintas dalam pikiran…Harap dimaklumi, karena saya adalah perempuan, jadi hal-hal kecil pun bisa jadi dipikirkan… Tapi, alhamdulillah semua bisa diselesaikan dengan baik.
Tekad saya menulis semakin besar setelah semua hal yang menyita waktu saya itu teratasi satu per satu. Namun…sayang nya hanya tekad. Karena ide menulis itu masih belum muncul…ckckck. Sampai akhirnya masih tak ada karya terbaru di blog kesayangan ku ini….
Dalam kegalauan mencari inspirasi kesana kesini, tiba-tiba menemukan sesuatu dalam laptop ku. Alhamdulillah….
Tidak sengaja membuka file-file lama… menemukan sesuatu dalam laptop yang ternyata pernah dibuat dulu. (Dulu…) saya menyebut ini “My Life Tree” atau mungkin bisa disebut sebagai proposal kehidupan. Hal ini mengingatkan ku tentang banyak hal…mengenai masa lalu, harapan, cita-cita dan masa depan…
Alhamdulillah…kali ini, biarkan ini menjadi inspirasi saya menulis. Sekaligus saya juga ingin berbagi….
File ini di buat sekitar 4 tahun yang lalu saat semua harapan terasa begitu jelas, saat mimpi terasa begitu dekat. Mengapa harus ragu bermimpi jika itu semua gratis (Nggak pake bayar…). Walau beberapa bagian dari pohon ini belum diperoleh semua, namun…cukuplah sampai saat ini aku ucapkan Alhamdulillahirabbil’alamin…
Ini adalah beberapa harapan  beberapa tahun yang lalu. Tentu saja saat ini pohon itu semakin saja tumbuh dan berkembang seiring dengan berjalannya waktu…Berhubung baru ditemukan dan tidak sempat direvisi, jadi saya posting saja apa adanya…
Dalam Pohon Kehidupan yang ku buat, terdapat beberapa warna, yaitu
Warna Biru, artinya Cita-cita tertinggi
Warna Hijau, artinya Alhamdulillah sudah Allah berikan
Warna Kuning, artinya Masih saya lakukan/ jalani/ ikhtiarkan  sampai saat ini
dan Warna Putih, artinya Allah masih memeluknya hingga kelak diberikan-Nya pada saat yang tepat
Dengan menaruh setiap niat-niat baik, melalui ikhtiar yang baik dan menyerahkan apapun pada-Nya…Alhamdulillah, selalu ada alasan untuk bersabar dan berhusnudzon untuk setiap hasil terbaik dalam menjalani hidup.
Saat ada air mata, selalu ada senyum merekah yang Allah berikan untuk membahagiakan kita. Saat sebuah kesabaran terasa terlalu lama dalam hati, akan ada sebuah garansi yang Allah berikan melalui pengabulan doa dengan cara yang begitu indah. Saat kesulitan dalam menjalani hidup kembali menyapa, selalu ada tangan-tangan Allah yang bekerja untuk meringankannya.
Semoga kesabaran tak pernah menemui tepi nya, karena ujian hidup adalah keniscayaan…
Menjelang beberapa hari berakhirnya Ramadhan yang merupakan bulan Mustajabnya doa dengan segala rahmat dan ampunan-Nya, rajutan doa dan harapan terus dibentangkan karena Allah akan memudahkan proses pengabulan setiap niat-niat baik.

Dengan sebuah keyakinan atas kasih sayang-Nya, Allah yang maha baik akan menggenapkan setiap doa dalam setiap ranting dari pohon kehidupan ini…aamiin ya rabbal’alamin…






Minggu, 07 Juli 2013

10 Indikasi “Gagal” Meraih Keutamaan Ramadhan




“Berapa banyak orang yang berpuasa namun ia tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga…” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits Rasulullah tersebut harusnya dapat membangkitkan kewaspadaan kita untuk menjauhi dan tidak terjerumus didalamnya. Apalah artinya berpuasa bila hanya meninggalkan kering pada kerongkongan dan lapar didalam perut?
Berikut ini adalah uraian yang patut direnungkan agar kita tidak termasuk orang-orang yang disinggung dalam hadits Rasulullah tersebut. Kegagalan yang dimaksud tentu bukan sebuah klaim yang pasti. Itu memang hak Allah SWT semata. Tapi setidaknya kita perlu berhitung dan memiliki neraca agar segenap amal ibadah kita di bulan Ramadhan ini benar-benar berbobot, hingga kita bisa lulus dari madrasah Ramadhan menjadi pribadi yang lebih berkualitas. Amiiin.
PERTAMA, ketika kurang optimal melakukan “warming up” dengan memperbanyak ibadah dibulan Sya’ban. Ibarat sebuah mesin, memperbanyak ibadah di bulan Sya’ban berpungsi sebagai pemanasan bagi ruhani dan fisik untuk memasuki bulan Ramadhan. Berpuasa sunnah, memperbanyak ibadah shalat, tilawah Al-Qur’an sebelum Ramadhan. akan menjadikan suasana hati dan tubuh kondusif untuk pelaksanaan ibadah di bulan puasa. Dengan begitu, puasa, ibadah malam, memperbanyak membaca Al-Qur’an, berdzikir, taqarrub kepada Allah, menjadi lebih lancar.
Mungkin, itulah hikmahnya kenapa Rasulullah SAW dalam hadits riwayat ‘Aisyah, disebutkan paling banyak melakukan puasa di bulan Sya’ban. Bahkan sejak bulan Rajab, dua bulan menjelang Ramadhan, beliau sudah mengajarkan doa kepada para sahabatnya, “Allaahumma bariklanaa fii Rajaba wa Sya’ban, wa balighna Ramadhana.” Ya Allah, berkahilah kami dalam bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikanlah usia kami pada bulan Ramadhan. Rasulullah dan para sahabat ingin mengkondisikan jiwa dan fisik mereka untuk siap menerima kehadiran tamu agung bulan Ramadhan.
KEDUA, ketika target pembacaan Al-Qur’an yang dicanangkan minimal satu kali khatam, tidak terpenuhi selama bulan Ramadhan. Di bulan ini, pembacaan Al-Qur’an merupakan bentuk ibadah tersendiri yang sangat dianjurkan. Pada bulan inilah Allah SWT menurunkan wahyunya dari Lauhul Mahfudz kelangit dunia. Peristiwa ini disebut sebagai malam lailatul qadar.. Pada bulan ini pula Jibril as biasa mengulang-ulang bacaan Al-Qur’an kepada Rasulullah SAW.
Orang yang berpuasa dibulan ini, sangat dianjurkan memiliki wirid Al-Qur’an yang lebih baik dari bulan-bulan selainnya. Kenapa minimal harus dapat mengkhatamkan satu kali sepanjang bulan ini? Karena itulah target minimal pembacaan Al-Qur’an yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Ketika Abdullah bin Umar bertanya kepadanya, “Berapa lama sebaiknya seseorang mengkhatam Al-Qur’an?” Rasul menjawab, Satu kali dalam sebulan.” Abdullah bin Umar mengatakan, “Aku mampu untuk lebih dari satu kali khatam dalam satu bulan.” Rasul berkata lagi, “Kalau begitu, bacalah dalam satu pekan.” Tapi Abdullah bin Umar masih mengatakan bahwa dirinya masih mampu membaca seluruh AL-Qur’an lebih cepat dari satu pekan. Kemudian Rasul mengatakan, “Kalau begitu, bacalah dalam tiga hari.”
KETIGA, Ketika berpuasa tidak menghalangi seseorang dari penyimpangan mulut seperti membicarakan keburukan orang lain, mengeluarkan kata-kata kasar, membuka rahasia, mengadu domba, berdusta dan sebagainya. Seperti yang sudah banyak diketahui, hakikat puasa tidak terletak pada menahan makanan dan minuman masuk masuk kedalam kerongkongan. Tapi puasa juga mengajak pelakunya untuk bisa menahan diri dari berbagai penyimpangan, salah satu yang dilakukan oleh mulut. Rasulullah SAW menyatakan bahwa dusta akan menjadikan puasa sia-sia. (HR. Bukhari).
Mulut merupakan salah satu bagian tubuh yang paling sukar untuk di kembalikan namun nilainya sangat mahal. Rasulullah berpesan, adakalanya kalimat buruk yang ringan diucapkan oleh seseorang, tapi karena Allah tidak ridha dengan kalimat itu, maka orang itu tercampak ke dalam neraka. Sebaliknya adakalanya kalimat baik yang ringan diucapkan oleh seseorang, tapi karena Allah ridha dengan kalimat itu, orang tersebut dimasukan ke dalam surga. (HR. Ahmad)
KEEMPAT, ketika puasa tak bisa menjadikan pelakunya berupaya memelihara mata dari melihat yang haram. Mata adalah penerima informasi paling efektif yang bisa memberi rekaman kedalam otak dan jiwa seseorang. Memori informasi yang tertangkap oleh mata, lebih sulit terhapus ketimbang informasi yang diperoleh oleh indra yang lainnya. Karenanya, memelihara mata menjadi sangat penting untuk membersihkan jiwa dan pikiran dari berbagai kotoran. Salah mengarahkan pandangan, bila terus berulang akan menumbuhkan suasana kusam dan tidak nyaman dalam jiwa dan pikiran. Ini sebabnya mengapa Islam mewasiatkan sikap hati-hati dalam menggunakan nikmat mata.
Puasa yang tak menambah pelakunya lebih memelihara mata dari yang haram, menjadikan puasa itu nyaris tak memiliki pengaruh apapun dalam perbaikan diri. Karenanya, boleh jadi secara hukum puasanya sah, tapi substansi puasa itu tidak akan tercapai.
KELIMA, ketika malam-malam Ramdhan menjadi tak ada bedanya dengan malam-malam selain Ramadhan. Salah satu ciri khas bulan Ramadhan adalah, Rasulullah menganjurkan umatnya untuk menghidupkan malam dengan shalat dan do’a-do’a tertentu. Ibadah shalat di bulan Ramadhan yang biasa disebut shalat tarawih, merupakan amal ibadah khusus di bulan ini. Tanpa menghidupkan malam dengan ibadah tarawih, tentu seseorang akan kehilangan momentum berharga. Selain itu di dalam shalat ini pula Rasulullah SAW mengajarkan do’a-do’a khusus yang insya Allah akan dijadikan oleh Allah SWT. Di antara do’a-do’a yang perlu diperbanyak dalam shalat tarawih adalah, “Allaahumma inni as alika rdhaaka wal jannah wa na’udzubika min sakhatika wan naar.” Ya Allah aku memohon keridhaan-Mu dan surga-Mu. Dan aku mohon perlindungan dari kemarahan-Mu dab dari neraka-Mu…”
Para sahabat dahulu, berlomba untuk bisa melakukan shalat tarawih di belakang Rasulullah. Umar bin Kaththab bahkan beriztihad untuk melaksanakan shalat tarawih sebanyak 20 rakaat, sehingga kaum muslimin lebih termotivasi untuk menghidupkan malam Ramadhan.
KEENAM, jika saat berbuka puasa menjadi saat melahap semua keinginan nafsunya yang tertahan sejak pagi hingga petang. Menjadikan saat berbuka sebagai kesempatan “balas dendam” dari upaya menahan lapar dan haus selama siang hari. Bila ini terjadi, berarti nilai pendidikan puasa akan hilang.
Puasa, pada hakikatnya, adalah pendidikan bagi jiwa (tarbiyatun nafs) untuk mampu mengendalikan diri dan menahan hawa nafsu. “Puasa itu adalah perisai” sabda Rasulullah SAW seperti diriwayatkan Imam Bukhari. Hanya dalam puasalah, seseorang dilarang melakukan perbuatan yang sebenarnya halal dilakukan. Hasil pendidikan itu, akan tercermin dalam pribadi orang-orang yang lebih bisa bersabar, menahan diri, tawakal, pasrah, tidak emosional, tenang dalam menghadapi berbagai persoalan.
Puasa menjadi kecil tak bernilai dan lemah dalam unsur pendidikannya ketika upaya menahan dan mengendalikan nafsu itu hancur oleh pelampiasan nafsu yang dihempaskan saat terbuka.
KETUJUH, ketika bulan Ramadhan tidak dioptimalkan untuk banyak mengeluarkan infaq dan shadaqah. Rasulullah SAW seperti digambarkan dalam hadits, menjadi soso yang paling murah dan dermawan di bulan Ramadhan, hingga kedermawanannnya itu mengalahkan angin yang bertiup. Di bulan inilah, satu amal kebajikan bisa bernilai puluhan bahkan ratusan kali lipat di banding bulan-bulan lainnya. Momentum seperti ini sangat berharga dan tidak boleh disia-siakan. Keyakinan yang dikembangkan itu yang dikembangkan oleh para sahabat dan selalu shalih.
KEDELAPAN, ketika hari-hari menjelang idul fitri sibuk dengan persiapan lahir, tapi tidak sibuk dengan memasok perbekalan sebanyak-banyaknya pada 10 malam terakhir untuk memperbanyak ibadah. Lebih banyak berfikir untuk bisa merayakan idul fitri dengan berbagai kesenangan, tapi melupakan suasana akan berpisah dengan bulan mulia tersebut.
Rasulullah dan para shabat mengkhususkan 10 hari terakhir untuk berdiam didalam masjid, meninggalkan semua kesibukan duniawi. Mereka memperbanyak ibadah, dzikir dan berupaya meraih keutamaan malam seribu bulan, saat diturunkannya Al-Qur’an.
Pada detik-detik terakhir menjelang usainya Ramadhan , mereka merasakan kesedihan mendalam karena harus berpisah dengan mulia itu. Sebagian mereka bahkan menangis karena akan berpisah dengan bulan mulia. Ada juga yang bergumam jika mereka dapat merasakan Ramadhan sepanjang tahun.
KESEMBILAN, ketika Idul Fitri dan selanjutnya dirayakan laksana hari ”merdeka” dari penjara untuk melakukan berbagai penyimpangan. Fenomena ini sebenarnya hanya akibat dari pelaksanaan puasa yang tidak sesuai dengan adabnya. Orang yang berpuasa dengan baik tentu tidak akan menyikapi Ramadhan sebagai kerangkeng.
KESEPULUH, setelah Ramadhan, nyaris tidak ada ibadah yang ditindaklanjuti pada bulan-bulan selanjutnya. Misalanya memelihara kesinambungan puasa sunnah, shalat malam, membaca Al-Qur’an.
Amal-amal ibadah satu bulan Ramadhan, adalah bekal pasokan agar ruhani dan keimanan seseorang meningkatkan untuk menghadapi sebelas bulan setelahnya. Namun, orang akan gagal meraih keutamaan Ramadhan, saat ia tidak berupaya menghidupkan dan melestarikan amal-amal ibadah yang perbah ia jalankan dalam satu bulan.
***
Sumber : Majalah Tarbawi

Minggu, 30 Juni 2013

Renungan di Milad ini.....





"Tidak ada yang lebih aku sesali daripada penyesalanku terhadap hari dimana ketika matahari tenggelam sementara umurku berkurang tapi amalku tidak bertambah" (Ibnu Mas'ud)

Hari ini,Berdasarkan kalender masehi 1 tahun berkurang jatah hidup dan 1 tahun bertambah hitungan mundur sisa hidup saya..Hitungan dunia keberadaan saya di dunia fana dan semu ini.
Digit angka yang melekat pada diri ini bertambah satu. Perubahan digit-digit angka itu merupakan keniscayaan.  Karena kita hanyalah makhluk yang masih terikat oleh dimensi ruang
dan waktu. Makhluk yang tumbuh berkembang seiring siang dan malam. Dan
waktu selalu memiliki awal dan akhir. Begitu pun kita, memulai hidup dari awal. Akan berhenti pada akhir. Sebelum berada pada keabadian, digit-digit angka tersebut selalu melekat pada diri ini. Keabadian pastilah keadaan tanpa waktu, tanpa digit-digit angka.
Di usia ini bukan waktu yang sebentar untuk berjalan di muka bumi. Bukan waktu yang sebentar untuk melihat keadaan sekitar dan meresapi “saya ada dimana dan sekarang mau kemana?”.
Allah Swt Berfirman:
“Dan bukankah Kami telah memanjangkan umurmu dalam masa yang panjang yang mana cukup untuk berfikir bagi orang-orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? Maka rasakanlah azab kami dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolong pun.” (QS Al-Fathir:37).
Ya ketika sudah tiba waktunya nanti, kita tidak bisa membantah. Kita tidak bisa mengelak. Bahwa waktu kita di dunia tidak cukup untuk meresapi ayat-ayat-Nya. Kita tidak bisa protes begini, “Ya Allah, engkau kurang memberikan waktu kami di dunia.. Sehingga kami kekurangan waktu untuk lebih mengenalMu, untuk memahami tujuan kami di dunia dahulu..” Tidak bisa kawan, kita tidak bisa protes. Karena Allah SWT telah memberi waktu yang cukup panjang untuk kita berfikir.
Menelusuri kembali  membuat saya berfikir akan bentuk perubahan yang saya capai selama setahun ini.  Terngiang jelas wejangan Imam Al Ghazali tentang makna waktu bahwa “Yang terjauh dari diri seorang manusia adalah MASA LALUnya”.
Teringat  lagu Opick berjudul “Bila waktu telah berakhir” kira-kira syairnya spt ini;
Bila waktu telah berakhir, teman sejati tinggallah amal. Bila waktu telah terhenti teman sejati tinggallah sepi.
Kemudian terngiang di fikiran saya akan nasihat Iman Al Ghazali yang lain bahwa “Yang terdekat dari seorang manusia adalah KEMATIANnya sendiri”. Betapa sebuah nasihat yang luar biasa bermakna, sangat menyentuh dan tentunya sarat dengan ilmu illahi yang sangat dalam untuk digali lebih lanjut. Sebuah perjalanan panjang yang akan saya hadapi nanti. Pertanyaannya, Are you ready? Ready gak ready yaah musti ready-laah… ;)
Maha suci Allah yang selalu memberikan nikmat iman, islam dan ihsan kepada hamba nya. Allah yang menjaga hamba sampai detik ini, Allah juga yang menakdirkan hamba lahir ke dunia ini. Allah lah yang menakdirkan hamba lahir dari rahim seorang ibu yang memiliki segudang cinta dan kasih sayang. Ya Rabb puji syukur atas segala karunia dan kenikmatan yang engkau berikan kepada hamba, orang tua hamba, saudara hamba, dan orang orang yang hamba sayangi karena-Mu. Hingga detik ini desah nafas ini masih terus terasa, hingga detik ini denyut jantung pun masih berdetak, dan hingga detik ini hamba ingin selalu diri ini terpaut dalam naungan cinta dan kasih sayang-Mu.

Tentu banyak sekali episode kehidupan yang telah saya lalui. Banyak momentum indah yang membuat hamba bisa duduk dan berdiri disini hingga saat ini. Tentu semuanya tak pernah terlepas dari campur tangan Allah yang selalu setia menjaga diri ini. Terima kasih kepada kedua orang tua ku yang selalu menjaga dan merawatku hingga aku dewasa yaitu ibu dan ayah tercinta. Ditakdirkan sebagai anak yang lahir di pelosok kampung yang nan jauh disana, Bagi saya hal yang terpenting sampai saat ini adalah bagaimana bisa memberikan banyak manfaat untuk orang disekitar.Karena sungguh setiap detik yang saya lalui dengan serangkaian peristiwa yang saya alami semuanya pasti akan di mintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah kelak. Di usia ini masih banyak kekurangan yang harus di perbaiki, masih banyak hal yang perlu di koreksi dan di bimbing.  

Ya Rabb, Bimbinglah diri ini agar selalu dekat denganMu, Jagalah diri ini dari sesuatu yang tidak engkau Ridhoi, Dekatkanlah diri ini dengan sesuatu yang engkau cintai. Ya Rabb di sisa sisa usia hamba, hamba ingin senantiasa setia mengabdikan diri hamba hanya untuk-Mu, Ya Rabb jika sudah tiba masanya hamba harus kembali pada-Mu, izinkanlah hamba kembali dalam keadaan sujud dan menyebut nama-Mu.

Aamiin Ya Rabb


Minggu, 23 Juni 2013

Bersabar hingga pantas...

Selama ini, betapa kita tak kunjung berhenti merapal doa pada-Nya agar disegerakan apa yang menjadi mimpi kita. Berbagai harapan seperti dilapangkan rezekinya –dijadikan-Nya kaya-, dimudahkan urusan dalam pekerjaan –disegerakan mendapat promosi dalam pekerjaan,  disegerakan dalam pertemuan dengan jodoh serta harapan-harapan lain yang selalu kita rengekkan pada-Nya. Benar adanya jika kita seharusnya meminta hanya pada-Nya. Namun terkadang, ketika merasa doa kita tak kunjung terkabul, kita khilaf dan merengek serta mengeluh kepada manusia, atau bahkan kepada benda mati seperti media sosial. Kegalauan akibat penantian atas datangnya harapan-harapan ini lah penyebabnya. Terkadang kita dilalaikan oleh keinginan untuk segera mendapatkan apa yang kita inginkan.
Mengamati hal ini, lantas saya berpikir dan mengaca pada diri saya sendiri. Selama ini, bukankah kita terlalu disibukkan oleh penyegeraan mendapatkan harapan serta mimpi-mimpi kita tanpa memikirkan apakah kita benar-benar pantas dan siap menerimanya? Yang kita pikirkan adalah bagaimana caranya agar semua hal yang kita inginkan segera menjadi kenyataan. Akan tetapi kita lupa untuk menyiapkan diri karena terfokus pada terkabulnya keinginan kita. Dan terkadang, jika usaha kita tak segera menemui hasil, rasa putus asa dan galau menyelinap dalam hati kecil. Dalam renungan, lantas saya bertanya lagi, “Apakah kita benar-benar siap menerima semua mimpi-mimpi kita jika semuanya datang saat ini juga?”. Saya ulangi lagi, saat ini juga, detik ini juga.
Ketika kita disibukkan oleh pertanyaan, kapan kita menjadi kaya, apakah kita benar-benar telah menyiapkan diri untuk menemui kekayaan? Apakah kita tidak jet-lag dan tidak menjadi tinggi hati ketika saat ini juga kita tiba-tiba menjadi orang kaya baru?  Sama halnya ketika kegalauan menghampiri ketika kita tak kunjung dipertemukan dengan belahan hati. Ketika saat ini juga tiba-tiba seseorang datang dan hendak menikahi kita sesegera mungkin, apakah kita siap dan pantas? Apakah kita sudah memantaskan diri untuk menjemput jodoh ketika kita disibukkan oleh pertanyaan “Kapan saya bertemu dengan jodoh saya”?
Betapa kita sering lupa menyiapkan hati dan memantaskan diri karena terlena dengan angan-angan dan mimpi-mimpi kita, kawan. Betapa kita kurang bersabar menanti apa yang disebut “semuanya akan indah pada waktunya”. Kita yang masih muda ini memang terkadang senang dengan ketergesa-gesa an. Kita menginginkan semuanya serba instan tanpa memikirkan dampak atas ketidaksiapan kita apabila tiba-tiba semua harapan datang bersamaan pada saat ini juga. Semuanya akan indah pada waktunya, kawan.
Kekayaan akan terasa sangat indah ketika hati kita sudah kaya dan siap mengayakan orang lain. Pertemuan dengan belahan hati kita akan terasa begitu nikmat ketika kita telah siap berkomitmen dan siap membentuk keluarga berdasarkan syariah-Nya. Jangan tergesa-gesa kawan. Sesuatu yang terburu-buru tanpa pemikiran yang matang bisa jadi akan menjerumuskan kita dalam ketidaksiapan. Bersabarlah menanti harapan kita dengan menyiapkan hati serta memantaskan diri sehingga ketika mereka semua datang, kita dapat menyesuaikan diri dengannya. Percayalah, ketika diri kita sudah pantas dan siap, Dia akan memberikan apa yang kita idam-idamkan. Bersabarlah.. Karena Allah bersama orang-orang yang sabar..

Rabu, 19 Juni 2013

The Power of Du'a



Seberat apapun beban hidup kita hari ini,
Sekuat apapun godaan yang harus kita lalui,
Sekokoh apapun cobaan yang harus kita jalani,
Sebesar apapun kegagalan yang kita hadapi,
Sejenuh apapun hari-hari yang kita lalui,
Janganlah berhenti berdoa dan berharap.
Karena do’a adalah pintu kebaikan.
Kebaikan membawa harapan.
Harapan adalah masa depan.
Karena harapan adalah sumber kekuatan

Dari Muadz ra dari Rasulullah SAW :


 Tidaklah bermanfaat kehati-hatian atas takdir, tetapi do’alah yang bermanfaat atas hal-hal yang sudah terjadi dan yang belum terjadi, maka hendaklah kamu berdo’a wahai hamba-hamba Allah.(HR. Ahmad dan Ath-Thabrani)”

Senin, 17 Juni 2013

"Yogya itu Ngangenin"

Sebulan yang lalu berpetualang ke Yogya bersama sepupu..tapi masih selalu saja teringat dengan kenangan di kota Yogya...teringat dengan salah satu lagu era 90-an yang dibawakan Kla Project


Pulang ke kotamu, ada setangkup haru dalam rindu
Masih seperti dulu

Tiap sudut menyapaku bersahabat penuh selaksa makna
Terhanyut aku akan nostalgia saat kita sering luangkan waktu
Nikmati bersama suasana Jogja

Di persimpangan, langkahku terhenti

Ramai kaki lima menjajakan sajian khas berselera
Orang duduk bersila
Musisi jalanan mulai beraksi seiring laraku kehilanganmu

Merintih sendiri, di tengah deru kotamu

Ingin kembali ke kota itu..benar kata seorang teman "Yogya itu ngangenin"...rasanya kurang puas kalau cuma beberapa hari disana...waktu itu cuma 3 hari berada disana....waktu yang sedikit memang..karena dari kantor cuma diizinin cuti 2 hari...1 hari bolos kerja...he..he...
Tapi tidak menghentikan langkah untuk menjelajahi kota Yogya...Alhamdulillah bisa menelusuri 4 pantai...tapi ternyata setelah search di mbah "google" ternyata Yogya itu memiliki puluhan pantai yang keren2 . Pada malam hari jalan ke bukit bintang ,menikmati kota Yogya dari bukit..hari terakhir walaupun sudah mepet waktunya masih bisa jalan ke candi prambanan, rumah pohon dan UGM
Mudah2an di lain waktu bisa menelusuri semuanya ...Suatu saat bisa kembali ke kota Yogya
ini hasil jeprat jepret di kota Yogya